Monday, January 22, 2018

Cara Budidaya Bawang Putih

Katipol.com - Cara Budidaya Bawang Putih, Bawang putih (Allium sativum; bahasa Inggris: garlic) adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Mempunyai sejarah penggunaan oleh manusia selama lebih dari 7.000 tahun, terutama tumbuh di Asia Tengah, dan sudah lama menjadi bahan makanan di daerah sekitar Laut Tengah, serta bumbu umum di Asia, Afrika, dan Eropa. Dikenal di dalam catatan Mesir kuno, digunakan baik sebagai campuran masakan maupun pengobatan.Umbi dari tanaman bawang putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia.

Bawang mentah penuh dengan senyawa-senyawa sulfur, termasuk zat kimia yang disebut alliin yang membuat bawang putih mentah terasa getir atau angur.

Tanaman bawang putih (Allium sativum) hampir identik dengan sayur dataran tinggi. Namun, sekarang tanaman ini banyak ditanam di dataran rendah. Lahan penanamannya adalah sawah yang habis ditanami padi. Hasilnya cukup baik walau tak sebaik produksi di dataran tinggi. Kuncinya adalah pemilihan jenis yang cocok untuk dataran rendah.
Syarat tumbuh

Kendala budi daya bawang putih dataran rendah ialah bila tak terpenuhinya cuaca yang sejuk dan kering saat pembentukan umbi. Untuk mengakalinya, bawang putih ditanam pada bulan mei, Juni, atau Juli. Menanam pada musim hujan tak dianjurkan karena tanah jadi terlalu basah dan temperaturnya tak baik untuk pertumbuhan umbi.
Varietas yang dianjurkan

Varietas bawang putih yang cocok dikembangkan di dataran rendah adalah sebagai berikut.
a. Lumbung putih

Daerah yang pertama mengembangkannya adalah Yogyakarta. Umbinya berwarna putih. Ukuran dan berat siung tidak teratur. Sebuah umbi memiliki berat sekitar 7 g dengan diameter 3-3,5 cm, jumlah siung per umbi 15-20 buah. Daun berukuran sempit, lebarnya kurang dari 1 cm. Posisi daun tegak. Produksi rata-ratanya 4-7 ton/ha.
b. Jati barang

Banyak dikembangkan di daerah Brebesm Jawa Tengah. Umbinya tak putih benar melainkan kekuningan tetapi kulit luarnya tetap putih. Penampilan umbi agak kecil, diameter sekitar 3,5 cm. Sebuah umbi memiliki berat sekitar 10-13 g. Ada 15-20 siung yang tersusun secara tak teratur pada umbi. Rata-rata produksinya antara 3-3,5 ton/ha.
c. Bagor

Varietas ini berasal dari Nganjuk, Jawa Timur. Kulit umbinya yang putih buram berdiameter 3-3,5 cm. Umbinya berwarna kuning. Bentuk umbi tak terlalu bulat melainkan agak lonjong. Berat sebuah umbi hanya 8-10 dengan jumlah siung 14-21 per umbi. Dari satu hektar lahan dapat dihasilkan 5-7 ton bawang putih.
d. Sanur

Bawang putih varietas sanur banyak dikembangkan di Pulau Dewata, Bali Umbinya berukuran besar, berdiameter 3,5-4 cm. Sebuah umbi memiliki berat 10-13 g. Selubung kulit berwarna putih, umbinya sendiri berwarna kuning. Susunan siung pada umbi tidak teratur dengan jumlah siung per umbi 15-20 buah. Hasil umbi yang dapat dipanen sekitar 4-6 ton/ha.

Varietas bawang putih yang terkenal seperti lumbu hijau dan lumbu kuning kurang mampu beradaptasi dengan dataran rendah. Lumbu hijau cocok untuk dataran tinggi, sedangkan lumbu kuning masih toleran dengan dataran medium.
Bibit

Bibit bawang putih yang baik penting untuk mendapatkan pertumbuhan lapang dan hasil yang tinggi. Sebaiknya bibit bawang putih memenuhi kriteria-kriteria berikut.

a. Bagian pangkal batang padat (berisi penuh dan keras).
b. Siung berpenampilan licin dan tegar, tidak kisut.
c. Tunas terlihat segar bila siung dipatahkan.
d. Berat siung sekitar 1,5-3 g, bentuk normal.
e. Bebas hama-penyakit.

Bila bibit yang digunakan beratnya 3 g/siung maka kebutuhan per hektarnya adalah 1.600 kg. Sedang untuk ukuran siung yang kecil (sekitar 1 g) menghabiskan 670 kg/ha.

Meskipun yang ditanam sebagai bibit adalah siung, tetapi kalau membeli bibit sebaiknya dalam bentuk umbi. Hal itu disebabkan bawang putih dalam bentuk umbi lebih tahan lama daripada bentuk siung. Umbi boleh dipecah menjadi siung paling tidak 1-2 hari sebelum tanam.
Penanaman

Sawah yang sudah ditanami padi adalah lahan yang cocok untuk bawang putih dataran rendah. Petani memang sering menyeling penanaman sawahnya. Bila sawah ingin ditanami palawija juga maka pola tanam yang dianjurkan adalah sebagai berikut.

padi > bawang putih > jagung > padi > bawang putih

Sebelum penanaman, lahan diolah terlebih dahulu. Tanah yang asam dinetralkan sebulan sebelum tanam. Bila pH kurang dari 6, dosis kapurnya sekitar 1-2 ton/ha.

Seandainya bekas panen pada sawah masih ada maka perlu dibersihkan. Lantas buat bedeng-bedengan yang lebarnya 80-120 cm dan tingginnya 40 cm. Panjang bedengan bisa disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar bedengan antara 10-20 cm. Nantinya ini akan berguna sebagai saluran air dan tempat lalu lalang saat melakukan pemeliharaan atau panen.

Apabila lahan yang hendak ditanami bukan bekas sawah, tanah harus dibajak atau dicangkul hingga benar-benar gembur. Bila tak gembur, bisa berakibat fatal pada produksi. Seperti diketahui bawang putih adalah tanaman yang dipanen umbinya. Prinsip budi daya yang diterapkan adalah mengupayakan semaksimal mungkin pertumbuhan umbi tersebut. Tanpa tanah yang gembur umbi akan sulit berkembang.

Setelah tanah gembur, dilanjutkan dengan ukuran siung benih yang dipakai. Siung besar membutuhkan jarak tanam renggang sekitar 15 x 10 cm. Untuk pembibitan digunakan jarak tanam 10 x 10 cm. Posisi siung saat ditanam tegak. Kedalamannya 5-7 cm dari permukaan tanah.
Pemeliharaan

Mulsa perlu diberikan setelah bibit ditanam. Mulsa yang murah adalah alang-alang atau jerami padi. Tutupi bedengan secara merata setebal 3 cm.

Gulma secara tak langsung sudah terhalang pertumbuhannya dengan adanya mulsa. Akan tetapi, gulma yang tumbuh di saluran air atau sela-sela mulsa tetap perlu dicabut. Apabila areal pertanaman bawang putih cukup luas maka gulma dapat diberantas dengan herbisida TOK 50 WP.

Saluran air yang dibuat perlu dialiri agar tanaman tumbuh baik. Bila musim hujan penyiraman hanya dilakukan saat tampak kekurangan air. Saat musim kemarau perlu pengairan sendiri yang intensif. Caranya dapat dengan melakukan penyiraman ke bedengan pertanaman ataupun dengan penggenangan saluran-saluran air.
Pemupukan

Lahan seluas satu hektar membutuhkan pupuk kandang sebanyak 10-20 ton. Pemberiannya cukup dengan cara mencampurkan secara merata pada bedengan. Pemberian pupuk kandang umumnya pada saat pengolahan tanah atau sebelum tanam.

Tambahan pupuk kimia seperti Urea, TSP, dan ZK 200 kg per hektar. Pemberian dilakukan secara bertahap, yakni saat tanaman berumur 15, 30, dan 40 hari.
Panen

Bila ditanam sekitar Mei-Juli maka bulan Agustus-Oktober sudah dapat dipanen. Panen dilakukan saat tanaman berumur 90-120 hari dari saat tanam.

Ciri-ciri bawang putih siap panen terlihat pada daunnya yang menguning atau kering serta tangkai batang yang mengeras. Bila ciri-ciri ini terlihat sudah 50% dari total tanaman maka panen dapat dilakukan.

Panen dilakukan dengan cara mencabut semua bagian tanaman. Di sentral produksi bawang putih panen biasa dilakukan dengan serombongan tenaga kerja yang terkoordinir. Maksudnya agar panen tak memakan waktu terlalu lama dan hasil per petak atau per hektarnya segera diketahui. Kebanyakan petani mengumpulkan bawnag putih dalam bentuk ikatan-ikatan. Satu ikat biasanya terdiri dari 30 tangkai.

Akar dan daun dibuang dengan menyisakan pangkal daunnya. Selanjutnya tindakan pascapanen dilakukan agar pangkal daun menjadi kering. Untuk ini dilakukan penjemuran selama 15 hari. Sinar matahari terik tidak boleh langsung mengenai umbi bawang putih. Oleh karena itu, lebih baik dijemur di teritisan rumah atau tempat terlindung. Pada malam hari umbi diletakkan di tempat terlindung.

Setelah kering umbi diletakkan di para-para bambu atau gudang yang baik. Sebaiknya gudang difumigasi dahulu agar bebas hama. Pestisida Photoxin 55% bisa disemprotkan sebagai fumigan.

Demikian artikel kali ini mengenai cara budidaya bawang putih, selamat mencoba menanam.



Loading...

Next article Next Post
Previous article Previous Post